Di dalam seni karawitan, pembagian dilakukan atas dasar cara pandang yg dikategorikan menjadi instrumen depan (ricikan ngajeng) dan instrumen belakang (ricikan wingking). Instrumen depan tidak berarti hanya berada pada posisi depan saja, namun memiliki keunggulan-keunggulan intelektual, karisma, kerumitan dan kemampuan sehingga biasanya instrumen yang terletak di depan itu dimainkan oleh mereka yang tingkat kemampuan dan kompetensinya tinggi, menguasai kerumitan garap (penguasaan alat) sehingga mereka berhak dan layak memainkan instrumen-instrumen di depan. Instrumen depan itu diantaranya gender, rebab, gambang dan bonang. Sedangkan instrumen belakang dalam pengertian kemampuan masih sedehana dan belum bisa menyamai kerumitan permainan instrumen depan.
Walaupun demikian, pemain yang mendapatkan peran berada pada posisi instrument belakang tidak berarti ia kurang pandai karena di dalam seni karawitan, semua pemain harus mampu memainkan alat gamelan yang berada di depan maupun belakang. Perbedaan kemampuan terletak pada tabuhannya, pemain pemula biasanya masih menggunakan tabuh satu sedangkan pemain yang sudah mahir sudah bisa memainkan alat dengan tabuh dua.
Jika anggota pemain seni karawitan terdiri dari anggota masyarakat yang memiliki strata sosial berbeda, bukan berarti yang berhak memainkan instrumen depan adalah mereka yang memiliki strata sosial lebih tinggi karena semua ditentukan berdasarkan kemahiran memainkan alat musik gamelan itu. Siapapun yang berada pada posisi instrumen depan harus dipatuhi oleh instrumen belakang.
Karawitan dan Konsep Kebersamaan
Dalam seni karawitan tercipta kondisi kegotongroyongan, saling menunggu, saling menghargai antara instrumen satu dengan yang lainnya. Seperti contohnya, jika Gong yang dipukul agak terlambat dari ketukannya, maka pemain yang memegang instrumen lainnya akan tetap menunggu sehingga pengrawit yang bertanggung jawab atas instrumen Gong memiliki tanggung jawab yang besar untuk tidak melakukan kesalahan supaya tidak membuat pengrawit yang lain menunggu.
Manajemen kebersamaan dalam seni karawitan itu terjadi secara otomatis karena adanya pembagian peran sesuai dengan instrument depan dan belakang seperti yang dijelaskan diatas. Garap satu dengan yang lain dilakukan pula harus secara bersamaan, tidak bisa mandiri atau berdiri sendiri kecuali ketika memang disengajakan adanya ilutrasi tunggal seperti menyuling tetapi konsep musikalitasnya tetap harus bersama-sama supaya dapat menghasilkan suara ‘stereo’ yang indah antara instrumen satu dengan lainnya.
Di dalam seni karawitan itu juga ada pembagian-pembagian wilayah kerja yakni dari yang memimpin lagu, yg memimpin irama ada, kemudian ada yang menjadi pelaksana irama, semuanya secara otomatis bekerja dengan kerjasama yang baik. Karakteristik para pengrawit itu sendiri biasanya agak berbeda dengan karakteristik pemain teater atau penari karena bagi pengrawit yg sudah menep (memiliki pengendapan rasa), mereka biasanya tidak bisa hidup sendiri (tidak bersikap individual).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar